27 Jan 2025 - alex
USAID Perintahkan Mitra untuk Hentikan Semua Kegiatan: Apa Dampaknya?
Pemerintahan Presiden Donald Trump terus mengguncang sektor bantuan internasional dengan serangkaian kebijakan baru yang memicu kebingungan dan kekhawatiran. Salah satu langkah terbaru adalah perintah kepada organisasi mitra USAID untuk segera menghentikan semua pekerjaan yang dilakukan di bawah perjanjian pendanaan USAID. Kebijakan ini merupakan bagian dari visi Trump untuk menerapkan kebijakan luar negeri “America First”.
Organisasi mitra USAID di berbagai negara mulai menerima pemberitahuan penghentian kerja (stop-work order) pada akhir pekan lalu. Dalam dokumen yang diperoleh Devex, perintah tersebut meminta organisasi untuk segera “menghentikan, menghentikan sementara, dan/atau menangguhkan semua pekerjaan” yang dilakukan di bawah perjanjian pendanaan USAID. Ini mencakup kontrak, hibah, perjanjian kerja sama, atau instrumen bantuan lainnya.
Organisasi mitra juga diminta untuk mengambil langkah-langkah yang wajar untuk meminimalkan biaya selama periode penghentian kerja. Selain itu, mereka harus mengeluarkan pemberitahuan penghentian kerja kepada semua subpenerima yang terkena dampak.
Meskipun perintah ini bersifat menyeluruh, ada beberapa pengecualian yang masih diperbolehkan, termasuk:
Langkah ini telah menciptakan gelombang kepanikan di kalangan organisasi mitra USAID. Banyak yang khawatir tentang dampak penghentian ini terhadap program-program penting yang sedang berjalan, serta nasib para pegawai dan komunitas yang bergantung pada bantuan tersebut.
Karl Goodsell, CEO Positive Change for Marine Life, mengungkapkan kekhawatirannya. Organisasinya, yang bekerja di tujuh negara dengan komunitas pesisir, kini menghadapi ketidakpastian besar. “Kami sangat cemas tentang apa yang akan terjadi di masa depan,” katanya. Ia menambahkan bahwa penghentian ini dapat berdampak buruk pada 28 pegawai yang didanai oleh USAID dan ribuan anggota komunitas yang mendapat manfaat dari program mereka.
“Jika perintah penghentian kerja ini berlanjut, dampaknya akan menjadi bencana bagi banyak orang, organisasi, dan pemerintah yang bergantung pada USAID untuk pekerjaan yang mengubah hidup,” tambahnya.
Beberapa pemimpin organisasi mencoba mencari cara untuk menghadapi situasi ini. Olga Wall, CEO Avallon Consulting, menyarankan agar organisasi mitra USAID merespons dengan strategi yang terstruktur. Ia merekomendasikan langkah-langkah seperti:
Sementara itu, Rabi Kiran Adhikari, CEO Sahayatri Consults di Nepal, menyarankan agar organisasi menghitung jumlah pegawai, penerima manfaat, dan mitra lokal yang terkena dampak penghentian proyek. Ia juga merekomendasikan untuk menghitung kerugian finansial yang diantisipasi, termasuk biaya operasional selama 90 hari ke depan dan beban keuangan untuk mematuhi undang-undang ketenagakerjaan lokal.
Selain perintah penghentian kerja, organisasi mitra USAID juga menerima pemberitahuan terkait penghentian program Diversity, Equity, Inclusion, and Accessibility (DEIA). Organisasi yang memiliki penghargaan atau subpenghargaan yang mencakup aktivitas DEIA diminta untuk mengirim email ke USAID yang menyatakan bahwa aktivitas tersebut telah dihentikan dan memastikan bahwa tidak ada biaya lebih lanjut yang dikeluarkan.
Bagi organisasi yang tidak memiliki aktivitas terkait DEIA, mereka tetap diminta untuk mengirim surat kepada USAID untuk mengonfirmasi bahwa program mereka tidak mencakup aktivitas tersebut.
Langkah ini telah memicu kekhawatiran besar di sektor bantuan internasional. Banyak yang berharap bahwa dampak nyata dari penghentian ini terhadap komunitas di lapangan dapat memengaruhi keputusan lebih lanjut dari pemerintah AS. Namun, hingga saat ini, ketidakpastian masih menyelimuti masa depan program-program bantuan luar negeri AS dan organisasi mitra yang bergantung pada pendanaan USAID.